Cara Menghitung Penyusutan dan Amortisasi dengan Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Dalam membuat laporan keuangan pasti banyak sekali kendala atau masalah dalam pengerjaannya, tak luput pula kendala itu berasal dari ketidaktahuan kita sendiri sebagai orang yang membuat laporan keuangan itu, nahh pada dasarnya setiap benda yang memiliki wujudnya itu aka nada umurnya, lantas kenapa ada umurnya ?? apakah berpengaruh dengan nilainya ?? atau bisa naikkah dengna adanya hal demikian ?? dalam beberapa hal pasti terpikir, apabila kita beli segala sesuatu yang ada wujudnya, kenapa setelah digunakan atau dipakai saat dijual kembali harganya sangat miring bangat atau rendah, padahal baru saja dipakai, misalkan saja beli handphone terus tidak sampai sebulan pemakaian dijual kembali, harganya langsung turun bahkan jika dikalkulasi dengan rumus akuntansipun turunnya tidak main. Nahh maka dari itulah pasti pembaca sangat sering dengar dengan istilah penyusutan ! tapi penyusutan sendiri itu apa yaa ?? yuk sama-sama disimak pembahasan berikut.

Cara Menghitung Penyusutan dan Amortisasi dengan Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Penyusutan dalam akuntansi adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Penyusutan termasuk ke dalam biaya pada bisnis atau proyek yang tidak berbentuk tunai. Depresiasi atau penyusutan adalah salah satu prosedur yang penting untuk dilakukan untuk menghitung atau mengukur nilai aset selama periode penggunaan. Nilai aset bisnis selama masa pemanfaatannya ini dikenal sebagai depresiasi. Nilai aktiva tetap biasanya akan mengalami penyusutan atau depresiasi, karena perusahaan menggunakannya secara berkala dalam waktu yang lama. Beberapa contoh aset tetap yang nilainya menyusut adalah gedung, mesin, dan peralatan kantor

Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut.

Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud selain bangunan, dapat juga dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan secara taat asas.

Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan.

Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aktiva, maka dasar penyusutan atas harta adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tersebut. Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud ditetapkan sebagai berikut: Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusutan atas harta berwujud yang dimiliki dan digunakan dalam bidang usaha tertentu diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta atau penarikan harta karena sebab lainnya, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian asuransinya yang diterima atau diperoleh dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penarikan harta tersebut.

Apabila hasil penggantian asuransi yang akan diterima jumlahnya baru dapat diketahui dengan pasti di masa kemudian, maka dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak jumlah sebesar kerugian dibukukan sebagai beban masa kemudian tersebut.

Apabila terjadi pengalihan harta yang memenuhi syarat sebagai bantuan, sumbangan, zakat, hibah dan/atau warisan yang diakui berdasarkan perundang-undangan perpajakan, yang berupa harta berwujud, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan. Ketentuan lebih lanjut mengenai kelompok harta berwujud sesuai dengan masa manfaat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Apabila Pembaca sudah tahu akan Penyusutan maka ada lagi lohh teman atau pasangan dari Penyusutan itu. . . Pembaca mau tahu apa pasangan dari Penyusutan ? ini lohh namanya Amortisasi

Cara Menghitung Penyusutan dan Amortisasi dengan Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan muhibah (goodwill) yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar atau dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif amortisasi atas pengeluaran tersebut atau atas nilai sisa buku dan pada akhir masa manfaat diamortisasi sekaligus dengan syarat dilakukan secara taat asas.

Amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk bidang usaha tertentu yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan. Untuk menghitung amortisasi, masa manfaat dan tarif amortisasi ditetapkan sebagai berikut:

Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu perusahaan dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi. Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi.

Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain dengan menggunakan metode satuan produksi, hak pengusahaan hutan, dan hak pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi setinggi-tingginya 20% (dua puluh persen) setahun.

Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi. Apabila terjadi pengalihan harta tak berwujud atau hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai, muhibah (goodwill), hak pengusahaan hutan, hak di bidang penambangan minyak dan gas bumi dan hak pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, maka nilai sisa buku harta atau hak-hak tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah yang diterima sebagai penggantian merupakan penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan tersebut.

Apabila terjadi pengalihan harta yang memenuhi syarat sebagai bantuan, sumbangan, zakat, hibah dan/atau warisan yang diakui berdasarkan perundang-undangan perpajakan, yang berupa harta tak berwujud, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan.

Beban Penyusutan (Depreciation Expense), merupakan beban yang timbul karena pemakaian aktiva berwujud. Beban yang Ditangguhkan (Deffered Expense, Prepaid Expense), disebut juga sebagai beban dibayar di muka atau pengeluaran yang sudah dibayarkan, tetapi manfaat ekonomisnya belum terasa.

Begitulah kiranya tentang penyusutan, amortisasi dan beban yang ada didalamnya, semoga dapat memudahkan pembaca dalam mengetahui tentang penyusutan dan tidak akan ada kendala lagi tentang perhitungannya, terlebih saat pembuatan laporan keuangan dan perpajakan. Semoga bermanfaat ^_^

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel